Halaman
159
Apresiasi Karya Sastra
i
Apresiasi Karya
Apresiasi Karya
Sastra
Sastra
19
Setelah Anda dapat mengidentifi kasi unsur-unsur drama
pada Pelajaran 9, kini Anda akan menganalisis kesenian unsur
intrinsik dalam pementasan drama. Hal ini bertujuan agar Anda
dapat menganalisis unsur-unsur penokohan, latar dan konfl
ik
dalam pementasan drama. Selain itu, Anda juga akan belajar
mendeskripsikan relevansi hikayat dengan kehidupan sekarang
dan menulis drama pendek.
12
12
S
u
m
b
e
r
:
w
w
w
.
i
m
a
g
e
s
.
g
o
o
g
l
e
.
c
o
159
159
Pelajaran
Pelajaran
Alokasi waktu: 14 jam pelajaran
Peta
Peta
Konsep
Konsep
melalui
proses
melalui
proses
melalui
proses
Menganalisis Kesesuaian
Unsur-Unsur Pementasan
Drama
Membandingkan
penggalan hikayat dengan
penggalan novel
Menulis drama berdasarkan
cerpen
• mencatat hal-hal penting
untuk bahan tulisan
• menulis cerpen dengan
sudut pandang orang
ketiga
• menganalisis penggalan
hikayat dan novel
• membandingkan penggalan
hikayat denagn novel
• mencatat hal-hal
penting untuk bahan
tulisan
• menulis cerpen
dengan sudut pandang
orang ketiga
Kegiatan
Bersastra
terdiri atas
160
160
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Memahami naskah atau menonton pertunjuk an drama
dapat dilakukan dengan cara menyimak percakapan antar
pelaku.
Percakapan dan tanya jawab antarpelaku disebut dialog. Dialog
dapat memperkenalkan watak tokoh dan me nerang kan isi naskah.
Dialog yang berisi kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh
tokoh kepada tokoh lain memuat peristiwa dan pokok pembicaraan
yang ingin diungkapkan pengarang.
Pada Pelajaran 9 bagian A dan 10 bagian A, Anda telah belajar
mengenai unsur
-unsur yang terdapat dalam drama. Hal ini bisa
dijadikan bahan untuk memudahkan Anda mengikuti Pelajaran
kali ini.
Berikut penggalan naskah drama karya Utuy Tatang
Sontani. Perankanlah penggalan naskah drama berikut. Tentukan-
lah beberapa orang yang berperan sebagai
tokoh Ani, Pengemis, dan
Sudarma. Sementara yang lain berperan, siswa lain memerhatikan
dengan saksama tanpa melihat buku.
Bunga Rumah Makan
Karya Utuy Tatang Sontani
Panggung merupakan ruangan rumah
makan, dialati oleh tiga stel kursi untuk tamu,
lemari tempat minuman, rak kaca tempat kue-
kue, meja tulis beserta telepon, radio, dan
lemari es. Pintu ke dalam ada di belakang dan
pintu keluar ada di depan sebelah kiri.
Adegan 3
Ani
: (ke belakang sambil menyanyi
kecil)
Pengemis : (masuk perlahan-lahan dengan kaki
pincang, setelah di dalam, melihat
ke kiri-ke kanan, ke rak tempat
kue-kue, kemudian menuju rak itu
dengan langkah biasa, tangannya
mem
buka tutup toples hendak
mengambil kue).
Ani
: (tampil dari belakang) Hai!
Pengemis : (cepat menarik tangannya)
Ani
: Engkau mau mencuri, ya?
Pengemis : (menundukkan kepala)
Ani
: Hampir tiap engkau datang ke sini,
engkau kuberi uang. Tak nyana,
kalau sekarang berani datang ke
sini dengan maksud mencuri.
Pengemis : Ampun, Nona, ampun.
Ani
: Mau sekali lagi kau mencuri?
Pengemis : Saya tak akan mencuri bila saya
punya uang.
Ani : Bohong!
Pengemis : Betul, Nona, sejak kemarin saya
belum makan.
Ani
: Mau bersumpah, bahwa engkau
tidak hendak mencuri lagi?
Pengemis : Demi Allah, saya tak akan mencuri
lagi, Nona. Asal ....
Ani
: Tidak. Aku tidak akan memberi
lagi uang padamu.
Pengemis : (sedih) Ah, Nona, kasihanilah saya.
Menganalisis Kesesuaian
Menganalisis Kesesuaian
Unsur-Unsur Pementasan
Unsur-Unsur Pementasan
Drama
Drama
A
Tujuan Belajar
Anda diharapkan dapat:
• menganalisis unsur-
unsur penokohan,
latar serta konfl ik
dalam pementasan
drama.
161
161
Apresiasi Karya Sastra
Pentas adalah
tempat pemain berlakon.
Biasanya tempat itu
dibangun lebih tinggi
daripada tempat duduk
penonton.
Sumber
:
Kamus Sastra
Indonesia
, 2000
Mengenal
Mengenal
Lebih Dekat
Lebih Dekat
Ani
: Tapi, mengapa tadi mau mencuri?
Pengemis : (sedih) Tidak, Nona, saya tidak
akan sekali lagi. Dan saya sudah
ber
sumpah. Ya, saya sudah ber-
sumpah.
Konfl
ik di dalam adegan 3 tersebut terjadi ketika peristiwa
masuknya pengemis. Pengemis ketahuan hendak mengambil
sesuatu di dalam lemari makanan. Ani, pengemis, dan kemudian
datang Sudarma menimpali percakapan tersebut. Intinya, konfl
ik
mereda ketika Ani memberikan uang kepada pengemis, bahkan
mengusir pengemis itu.
Latar dalam adegan 3 tersebut dijelaskan sejak awal cerita,
seperti berikut.
Pengemis : Ampun Nona, ampun ....
Pengemis : ... Nona, sejak kemarin saya belum makan.
Pada teks drama
Bunga Rumah Makan
tersebut, tokoh ter diri
atas Sudarma, Pengemis, dan Ani. Ani bersikap tegas dan hati-hati.
Ia tidak pernah percaya dengan omongan orang, kecuali orang itu
membuktikan omongannya. Ini terbukti ketika pengemis masuk
ke rumah, hendak mengambil makanan. Ani di
per
kirakan masih
muda. Hal ini dibuktikan dengan teks berikut.
Panggung merupakan ruangan rumah makan, dialati oleh
tiga stel kursi untuk tamu, lemari tempat minuman, rak kaca
tempat kue-kue, meja tulis beserta telepon, radio dan lemari es.
Latar tersebut menunjukkan status sosial keluarga Ani. Meli-
hat data yang ada di dalam teks, keluarga Ani ter masuk ke dalam
keluarga mapan secara ekonomi.
Ani
: (mengambil uang dari laci meja)
Awas, kalau sekali lagi engkau
men curi!
Sumber
: Naskah drama
Bunga Rumah Makan,
1984
Sekarang, kerjakanlah latihan berikut.
Tugas
Tugas
Kelompok
Kelompok
1. Pentaskanlah sebuah penggalan naskah drama oleh beberapa
orang siswa.
2. Siswa yang lain memberikan penilaian sesuai dengan format
berikut.
162
162
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
No
Grup
Aspek yang dinilai
Jumlah ket.
Pemeranan Penataan
Artistik
Penyutradaraan
Keutuh-
an
Kriteria Pementasan Drama
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang
berisi cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, agama, sejarah,
biografi
, atau gabungan dari semuanya. Pada zaman dahulu, hikayat
dibaca untuk pelipur lara, membangkitkan semangat juang, atau
sekadar meramaikan pesta.
Sama halnya dengan hikayat, novel juga merupakan sebuah
karya sastra berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita
yang panjang. Unsur-unsur dalam novel dan hikayat hampir sama.
Perbedaan hikayat dan novel terletak pada gaya bahasa, tokoh dan
penokohan, latar, dan ada tidaknya motif cerita.
Penokohan dalam hikayat bersifat hitam dan putih. Artinya,
tokoh yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhir
kisah. Ia pun dilengkapi dengan wajah dan tubuh yang bagus.
Sebaliknya, tokoh jahat selalu jahat walaupun tidak semuanya
berwajah buruk.
Ditambahkan
nya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa
barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan
dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Sembilan
orang anak raja sudah berada di dalam negeri itu.
Sumber
:
Hikayat Indera Bangsawan
Membandingkan
Membandingkan
Penggalan Hikayat dengan
Penggalan Hikayat dengan
Penggalan Novel
Penggalan Novel
B
Tujuan Belajar
Anda diharapkan dapat:
• membaca dan
menganalisis hikayat;
• mengetahui ciri-ciri
penggunaan gaya
bahasa dalam hikayat
dan novel;
• membandingkan
unsur-unsur dalam
hikayat dan novel.
Keterangan:
Rentang nilai = 40 -100
Nilai baik = 80 -100
Nilai sedang = 60-80
Nilai baik = 40 -60
163
163
Apresiasi Karya Sastra
Penokohan dalam novel lebih variatif.
Latar dalam hikayat biasanya kerajaan, negeri antah berantah,
hutan, dan lain-lain. Seperti dalam kutipan berikut.
Ronggur selalu tertawa lebar jika dia pulang dengan hasil
buruan. Ronggur tidak segan-segan melemparkan pujian yang
menurut perasaan Tio terkadang terlalu menyanjung. Dengan lahap
Ronggur akan memakan daging binatang buruan itu yang dibakar
dan di panggang,
Sumber
:
Penakluk Ujung Dunia
, karya Bokor Sutasuhut
Dalam novel, pengarang biasanya menggunakan latar yang
nyata, misalnya rumah, tempat umum, dan lain-lain.
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera
Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas
kerajaan, tiada juga beroleh putra.
Sumber
:
Hikayat Indera Bangsawan
Dari unsur tema, hikayat biasanya bertemakan kerajaan, ke-
baikan, kejahatan, petualangan, dan lain-lain.
Rumah baru sudah berdiri pengganti rumah yang dulu terbakar.
Darah yang tercecer ke lumpur sawah itu sudah bercampur baur
dengan tanah menjadi pupuk di musim men datang.
Sumber
:
Penakluk Ujung Dunia
, karya Bokor Sutasuhut
Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung,
masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup. Maka
datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, kelam
kabut, gelap gulita, dan tiada kelihatan barang suatu pun.
Sumber
:
Hikayat Indera Bangsawan
Pada novel, tema yang diusung lebih luas. Misalnya tema
perburuan pada kutipan novel berikut.
Amanat yang tersirat dalam hikayat biasanya kebaikan akan
mengalahkan kejahatan. Sedangkan pada novel amanat yang ter-
sirat biasanya mengikuti perkembangan manusia pada saat novel
itu dibuat.
Hal lainnya yang membedakan hikayat dengan novel ada-
lah ada tidaknya motif yang menggerakkan cerita. pada hikayat
terdapat motif yang menggerakkan cerita. sedangkan pada novel
tidak ada.
Cepat dia me
ngayun ambalangnya. Lalu melepaskan peluru.
Se ketika napasnya serasa terhenti me
lihat peluru ambalangnya
mengenai sasaran atau tidak.
Sumber
:
Penakluk Ujung Dunia
, karya Bokor Sutasuhut
164
164
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Cerita pendek dapat ditransformasikan ke dalam bentuk
drama satu babak. Untuk dapat mentransformasikan cerita ke
dalam bentuk drama satu babak, Anda dapat menggunakan teknik
menulis naskah drama.
Menulis naskah drama, yaitu membuat karangan indah untuk
dipentaskan melalui gerakan dan suara atau percakapan di depan
penonton. Jadi, naskah drama berbentuk percakapan atau kalimat
langsung. Untuk petunjuk gerakan ditulis dalam tanda kurung.
Naskah drama berisi cerita atau lakon yang memuat unsur-
unsur dari mulai penokohan sampai amanat (tujuan). Naskah
drama berbeda dengan naskah cerpen. Naskah cerpen berisi cerita
lengkap dan langsung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Namun, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung.
Adapun ciri-ciri utama naskah drama adalah sebagai berikut:
1. penuturan mengutamakan dialog antartokoh;
2. dibagi ke dalam beberapa babak;
3. berisi keterangan atau petunjuk.
Naskah cerpen yang ditransformasikan menjadi naskah
drama haruslah dituliskan secara lengkap. Karakter tokoh dapat
dikenali lewat ucapan dan tindakan-tindakannya. Selain itu
unsur penunjang pementasan pun harus digambarkan lengkap.
Contohnya, setting panggung yang mendukung latar, tempat dan
waktu; tindakan atau gerakan para tokoh; sampai unsur penunjang
lain (kostum hingga musik).
Berikut ini contoh transformasi naskah cerpen menjadi naskah
drama berdasarkan kutipan cerpen "Pengacau" berikut ini.
Menulis
Menulis
Drama
Drama
Berdasarkan
Berdasarkan
Cerpen
Cerpen
C
1. Bacalah sebuah novel dan hikayat.
2. Bandingkanlah unsur-unsur kesastraan yang ada dalam kedua
karya sastra tersebut.
3. Diskusikan hasil kerja Anda dengan teman-teman Anda.
Latihan
Latihan
Pemahaman
Pemahaman
Sekarang, kerjakan latihan berikut ini.
Tujuan Belajar
Anda diharapkan dapat:
• mengidentifi kasi
konfl ik dalam cerpen
atau novel;
• menulis naskah drama
berdasarkan konfl ik
dalam cerpen atau
novel.
165
165
Apresiasi Karya Sastra
Pengacau
Karya Tommy Saga
Ane melangkah lincah melintasi halaman
depan rumah. Namun, ia buru-buru me
ngerem
langkahnya, tepat di ambang pintu gerbang.
Huh! Dengusnya. Ia berpaling ke arah pintu
rumahnya yang masih terbuka. Ada sesuatu
yang tiba-tiba menahannya. Sesuatu itu apa? Ia
tidak tahu tapi bisa merasakannya. Angin panas
berhembus menghalau ujung rambutnya.
Ane berniat pergi. Tapi, rasa jengkel yang
bersarang di dalam hati membuatnya bimbang
melangkah.
Ya, kalau dia orangnya? Uh, bisa malu
sekali aku. Tapi suara itu kurasa hanya milik dia,
atau mungkin saja saudara kembarnya? Kebim-
bangan terus saja bergolak di benaknya.
Kemudian bola matanya bergerak ke se-
keliling pagar rumahnya. Sebuah kaleng susu
teronggok diam tak jauh dari tempat ia berdiri.
Ane merasa tertarik dan buru-buru meng-
hampiri kaleng itu. Lalu ditendangnya keras-
keras, sebagai ungkapan kekesalan hatinya. Yak!
pekiknya. Kaleng kosong itu melayang dan ...
brak! menghantam bemper becak yang datang
dari arah yang berlawanan. Tidak cuma abang
becak
nya saja yang kaget, Ane juga tersentak.
Ia tak menyangka sama sekali jika kaleng itu
sampai di sana.
Dengan gerakan refl eks Ane kembali masuk
ke rumah. Lalu mengintip lewat jendela. Ia melihat
becak itu melintas di depan rumahnya, dan si
abang becak mengacungkan tinju ke arahnya.
Ane tersenyum sendiri.
Telepon itu berdering lagi. Entah untuk
yang keberapa kali. Yani, kakak Ane, mengang-
katnya.
"Ane ada?" tanya suara dari seberang.
"O, ada. Sebentar saya panggilkan. Aneee!"
pekik Yani, "ada telepon lagi buat kamu".
Ane yang kaget mendengar pekikan itu
langsung menghambur ke luar kamar.
Sumber
: Kumpulan cerpen
Gerhana Hati,
2004
Pertama-tama, tentukanlah tokoh-tokohnya.
Tokoh-
tokoh cerpen "Pengacau" yang ada pada penggalan
tersebut yakni: Ane, Yani (kakak Ane), dan Rino.
Langkah berikutnya adalah menentukan latar. Latar yang ada
dalam cerpen "Pengacau" adalah sebagai berikut.
1. Halaman depan rumah
2. Di dalam rumah
Selanjutnya, Anda dapat membuat kerangka alur cerita dan
naskah drama. Pengembangan umum alur dari cerpen tersebut
sebagai berikut.
Ane tiba-tiba menghentikan langkahnya di halaman rumah,
lalu dia menendang kaleng yang ada di dekatnya. Kemudian ,
dia langsung masuk ke rumahnya. Tak lama kemudian telepon
berdering. Telepon tersebut untuknya.
Dari kerangka awal pengembangan itu, Anda dapat membuat
naskah drama sebagai berikut.
Suasana di halaman rumah. Keadaan udara
panas. Ane terlihat gelisah dan jengkel.
Ane
: (bergumam) Ya, kalau dia orangnya,
kalau nggak? Uh, bisa malu banget
aku. Tapi suara itu kurasa hanya
milik dia, atau mungkin saudara
kembarnya?
Ane menendang kaleng kosong yang
ada di depannya. Kaleng melayang dan meng-
hantam bemper becak yang datang berlawanan.
166
166
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Agar pemahaman Anda lebih dalam, kerjakan latihan berkut.
1. Buatlah sebuah naskah drama dari cerpen yang telah Anda
baca secara berkelompok.
2. Peran kanlah naskah tersebut.
4. Setelah siap, tampilkan sebaik mungkin dengan gerak,
intonasi, dan mimik yang tepat.
Latihan
Latihan
Pemahaman
Pemahaman
• Penokohan latar dan konfl
ik dapat diidentifi
kasi dari
dialog memuat peristiwa dan pokok pembicaraan yang
ingin sampakan oleh pengarang.
•
Hikayat adalah karya sastra lama melayu prosa. penokohan
dalam hikayat biasanya hitam dan putih.
•
Naskah drama adalah sebuah naskah berbentuk percakapan
yang memuat unsur-unsur dalam teks drama
Intisari
Intisari
Pelajaran 12
Pelajaran 12
Ane segera masuk kembali ke rumahnya. Ane
lalu mengintip lewat jendela. Terlihat tukang
becak meng acungkan tinju ke arahnya.
Telepon berdering. Yani mengangkat telepon.
Rino
: Halo, Ane ada?
Yani
: O, ada. Sebentar saya pang
gilkan.
(Lusi mencari-cari Ane) Ane...!!
Ada telepon lagi buat kamu.
Ane keluar kamar dan menyambut telepon
itu.
167
167
Apresiasi Karya Sastra
Setelah selesai Pelajaran 12 ini, sekarang Anda menjadi
makin mahir mengidentifi kasi unsur-unsur intrinsik dalam
drama. Dengan begitu, Anda menjadi memahami isi naskah
drama baik yang dibaca atau dipentaskan.Selain itu, Anda
dapat mendeskripsikan relevansi hikayat dengan kehidupan
sekarang dan menulis drama pendek.
Refl
eksi
Refl
eksi
Pelajaran 12
Pelajaran 12
Untuk soal nomor 1 s.d. 4, bacalah petikan drama berikut.
Adegan XXV
Pentas belakang terang, muncul Petruk, Gareng,
dan Bagong.
Petruk :
Menurut Semar yang mahatahu
segera
datang seorang tamu.
Gareng : Pedagang atau bangsawan?
Bagong : Katanya anak eks raja.
Petruk : Yang
bekas raja itu pendeta atau
anaknya.
Bagong : Anak jadi raja. Pendetanya jadi eks.
Gareng :
Kalau mendengar yang gamblang,
kalau bicara yang terang.
Bagong :
Aku ini bicara tegas, sebab itu
pasti jelas, tegasnya aku sendiri tidak
jelas.
Petruk : Siapa yang
eks atau eks pendeta,
atau eks anak tidak penting, yang
penting kita harus menerimanya,
kita dijadikan protokol. Kita kol
bersaudara. Semar jadi dongkol.
Gareng :
Memang aku ini antikol. Aku pro
kangkung ditambah hidung, di-
tambah petis yang agak manis.
Petruk : Jangan main-main.
Amanat orangtua.
Supaya tamu merasa dihormati yang
menerima harus setaraf dengan
dia. Kalau dia bangsawan kita juga
bangsa wan.
Bagong : Cocok. Aku komedi bangsawan. Aku
jin Afried: La, la....
Gareng :
Sudah tolol adu okol. Kita harus raja,
pangeran, baron.
Petruk : Betul. Sekarang bagi-bagi titel. Kang
Gareng yang tua jadi raja. Aku jadi
pangeran.
Bagong : Setuju. Aku jadi baron de Bagong.
Lha, Pak Semar jadi apa?
Petruk : Dia mestinya, ya, jadi kaisar.
Bagong : Cocok. Semar mbokne Parto.
Gareng : Mbokne Parto bagaimana?
Bagong :
Itu yang selalu garuk-garuk perutnya.
Orang kecil.
Petruk : O,
Bonaparte. Nah, itu orangnya
datang. Awas! (
Pada Gareng
). Sri
paduka apa sudah mandi pagi ini?
Gareng :
Sudah pangeran. (
Berbisik
). Siapa
namamu sudah tiga kali.
Petruk : (
Berbisik
). Panggil aku Ommelet.
Gareng : Ya,
pangeran Ommelet. Pangeran
sudah adu jangkrik?
Bagong : Aku kok tidak ditanya?
Petruk : Bagaimana tuanku baron Bagong?
Bagong :
Baik-baik.Terima kasih, pangeran
pailit. Namaku Baron Bagong de
Bawor.
Sumber:
Naskah drama
Rama Bargawa
, 1985
Rama Bargawa
Karya D. Jayakusuma
Latihan Pemahaman
Latihan Pemahaman
Pelajaran 12
Pelajaran 12
168
168
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
1. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur intrinsik dalam petikan
drama tersebut.
2. Jelaskanlah karakter yang ditampilkan dalam drama terse-
but.
3. Sebutkan dan jelaskan pula jalan cerita yang dialami para
pelaku dalam drama tersebut.
4. Buatlah sebuah naskah drama berdasarkan kutipan cerpen
berikut.
Mahasiswi itu sibuk memotret gambar
Sumi, yang sebentar lagi dijual ke seorang
kolektor.
"Suatu saat, saya kepingin ketemu tokoh
Bapak itu. Karena perempuan itu begitu
bahagia. Sedang saya sendiri, sulit meng-
klarifi kasi, meng
arifkan, apa arti bahagia ini."
Sumi sedang bicara dengan orangtuanya,
"Sebenarnya, saya takut sekali ke kota, Pak.
Te tapi Bapak mestinya tahu, kalau suami saya
sebentar lagi akan menikah dengan tetangga
sebelah rumah."
"Kamu tidak pernah mau belajar jadi
istri yang baik," kata bapaknya berang.
Sumi gelagapan. Dia merasa salah dan
tidak tahu apa yang bisa diucapkan kepada
bapaknya. Rasanya dia begitu jenuh pada
Bejo, tapi dia sendiri tidak bisa menerangkan,
jelasnya bagai mana?
Sumi ke kota, sebagai buruh pabrik.
Di antara jam-jam kerja, dia merindukan
keluarga
nya, bahkan Bejo yang kabarnya
sudah menikah dengan perempuan lain.
Kedip lampu jalanan aneh, membuat dia
merasa kangen dengan kebun jati, Bejo, dan
desanya.
"Jadi, Sumi sudah sebulan di kota ini,"
kata pedagang itu.
"Pak, saya ingin melihat lukisan saya. Kata
Bapak, di lukisan itu saya begitu bahagia."
"Maaf ya Sum, lukisan itu sudah saya
jual."
Sumi tertegun Bukankah pedagang itu
pernah berjanji, tak bakal menjualnya, sekali
pun gambarnya ditawar mahal.
Dengan kacau dia pulang ke rumah
kontrakan
nya yang sedang sepi. Dia tersedot
pada suatu pikiran yang aneh. Apakah mungkin
Bejo dan pelukis ini yang membuat dia tidak
sesenang dulu? Cepat-cepat pikiran itu segera
dimatikan. Dia ingin kerja lebih keras seperti
Juminten, agar dapat gaji lumayan. Tapi akhir-
akhir ini, sering terpikir olehnya kedua lelaki
itu (Bejo dan pelukis) yang pernah dicintainya.
Dan keduanya kini membiarkan dia terlempar
ke kamar sempit ini. Yah, Sumi memang tidak
puas terhadap segala hal. Entah sejak kapan
kamar kontrakan yang dihuni lima orang ini
mem
buat Sumi sering merasa kepanasan se-
hingga dia sulit tidur. Padahal kerja di pabrik
sangat melelahkan.
Lukisan Sumi terpampang di rumah
mewah sang kolektor. Lantas, seorang bule
ter
tarik pada gambar Sumi. Dia membelinya
untuk di simpan di museum negerinya yang
dingin. Menurut si Bule, lukisan itu akan meng-
ajarkan bangsa nya, bagaimana tersenyum ter-
hadap hidup ini. Waktu itu Sumi sedang meng-
hitung rupiahnya. Dia selalu ingin mem
belikan
adiknya sebuah tas sekolah yang ber
gambar.
Tapi selalu uangnya hampir tak tersisa. Oleh
karena itu, dia bercerita kepada Juminten, ingin
mem binasa
kan dua orang lelaki itu. Juminten
yang mendengar ucapan Sumi tertawa. Bukan-
kah ada lelaki lain yang diam-diam mencintainya,
Pardi, mandor di pabrik mereka. Menurut
Juminten, Pardi lebih baik dari si pelukis dan
Bejo. Sumi tidak mau ngomong. Dia mencintai
dua lelaki itu. Sedang Pardi, sebaik apa pun, dia
tidak pernah men cintainya.
169
169
Apresiasi Karya Sastra
5. Bandingkanlah unsur-unsur yang ada pada penggalan hikayat dan novel berikut.
Baginda berjanji kepada Baliadari (gundik
Baginda) bahwa anaknyalah yang akan diangkat
menjadi raja kelak menggantikan baginda. Putri
yang dijanjikan itu adalah Bardana, namun yang
sebenarnya berhak menjadi raja adalah Sri
Rama. Hal itu terjadi karena Jogi yang telah
menyumpahi Dasarata bahwa Sri Rama tidak
akan dilihat dewasa oleh bapaknya karena
Dasarata berdosa telah membunuh anak Jogi.
Timbullah berita ada seorang raja raksasa men-
cintai Mandudari. Mandudari yang dicintainya
itu dikiranya Mandudari asli karena rupanya
persis seperti Mandudari. Rawana lalu meng-
ambil Mandudari dan disangkanya sebagai
Mandudari yang asli. Waktu diambil Rawana
sebenarnya perempuan itu telah mengandung
anak Dasarata. Setelah sampai waktunya
Mandudari melahirkan seorang anak perem-
puan yang sebenarnya bayi itu anak Dasarata.
Rawana tidak suka kepada anak yang
di lahirkan Mandudari karena menurut
ramalan anak itu akan dibinasakan oleh bakal
suaminya kelak. Karena itu, Rawana hendak
melenyapkannya. Akan tetapi atas desakan
istrinya, per
buat
an itu tidak jadi dilakukannya.
Anak itu kemudian dimasukkan ke dalam
peti besi dan dihanyutkan. Anak itu kemudian
ditemukan oleh Maharesi Kali, dan diberi nama
Sita Dewi. Maharesi Kali menanam 40 batang
pohon lontar serta berjanji barang siapa yang
dapat menembusnya dengan satu kali panah
saja maka ia akan dijadikan suami Sita Dewi.
Rama dan Laksamana diundang oleh Maharesi
Kali untuk ikut serta dalam per
lomba an
memanah yang diadakan dalam sayembara. Pada
mulanya, Dasarata tidak suka kedua anak
nya
itu ikut sayembara. Dasarata mengirimkan saja
saudara Rama yang lain, hanya tidak seorang
pun di antaranya yang sanggup menembus
keempat puluh pohon lontar itu. Karena tidak
seorang pun yang berhasil, akhirnya Rama
dan Laksamana diberi izin untuk turut dalam
sayembara itu.
Dalam perjalanan menuju ke tempat
Maharesi Kali, Rama melakukan beberapa
per
buatan yang hebat, panah Rama lah yang
dapat menembus keempat puluh pohon
lontar itu dengan baik. Rawana yang menjadi
saingan
nya hanya dapat menembus 35 pohon.
Karena kemenangan itu, Rama lalu dikawinkan
dengan Sita Dewi. Rama sebenarnya kawin
dengan saudaranya sendiri karena sebelumnya
Mandudari jatuh ke tangan Rawana, ia telah
mengandung anak Dasarata Bapak Sri Rama.
Sumber
:
Perintis Sastera
, 1951 dengan pengubahan
Hikayat Sri Rama
Penggalan Hikayat.
Mahasiswi dan pedagang itu sedang
terharu karena sebentar lagi, lukisan itu akan
diangkut ke negeri Bule yang membelinya.
Si Bule meng hibur mahasiswi ini, "Saya akan
merawatnya baik-baik. Siapa tahu Anda suatu
hari kelak me ngunjungi negeri kami. Anda akan
melihat, betapa cintanya kami pada lukisan yang
ber
wajah Anda semua. Profi l yang sederhana
dan bahagia."
Dan gambar Sumi memang sedang ter-
senyum. Sedang Sumi sendiri, sedang menangis.
Dia mendengar kabar dari kampung kalau Bejo
sudah punya seorang anak lelaki dari istrinya
yang baru. Dan lukisannya bakal diangkut ke
negeri lain.
Sumber
: Cerpen
Sumi dan gambarnya,
karya Ratna Indraswari.
170
170
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Di Kedai Men Negara
Karya A.A. Pandji Tisna
Jalan kecil itu ialah jalan desa saja, tidak
terpelihara, dengan saksama sebagai jalan
raya di tepi kebun-kebun sebelah utara yang
beralas dengan batu serta dikeraskan. Dalam
waktu penghujan jalan desa itu berlumpur-
lumpur, kadang-kadang air hujan bagai
bendungan di sebelah-menyebelah atau di
tengah jalan, menyusahkan orang lalu lintas.
Jalan kecil itu ramailah jika orang desa turun
bekerja rodi atau datang berkumpul ke balai
desa di kampung Bunut Panggang, sebuah
kampung yang terletak di pinggir jalan raya dan
penduduknya beragama Islam.
Jadi hanya sekali dua kali itu ramainya.
Jalan desa yang berlumpur pada musim
penghujan dan berdebu pada musim kemarau
itu. Demikian pula halnya kedai itu. Ketika jalan
itu ramai, banyak orang melepaskan lelah dan
makan minum di situ. Tetapi tidak mungkin
akan dapat terus hidup kedai itu, karena
mereka saja.
Kebun kelapa di situ amat luas-luas serta
amat suburnya. Tidak berhentinya orang
memetik kelapa di daerah itu. Tukang panjat
kelapa itulah yang selalu datang makan ke
kedai kecil itu. Banyaknya mereka itu ada dua
puluh lima orang. Kedai itu seolah-olah perlu
bagi mereka saja. Tukang panjat, itu gemar
akan makanan yang enak-enak. Sedang makan,
mereka itu bercerita-cerita.
Karenanya lama jua mereka menghadapi
makanan dan minuman itu. Beberapa botol
tuak tiap-tiap hari habis di situ. Demikianlah
keadaan warung itu.
Hari masih amat pagi. Jalan kecil itu sebagai
sungai rupanya, karena malam hari turun hujan
dengan lebatnya. Oleh karena itu, seorang pun
tak ada lalu di situ, sepi pohon kelapa sebagai
kedinginan rupanya, serta batangnya masih
basah karena air hujan itu. Walaupun demikian,
asap kedai itu mengepul jua ke udara, dan Men
Negara berseru memanggil-manggil dengan
sibuknya. Seorang dua orang tampak masuk
dari pintu bambu itu, hendak minum kopi.
Kedai itu amat buruk. Sebuah meja
terletak di tengah-tengah, di atasnya ada
beberapa buah botol dan stoples berisi
berbagai-bagai benda, sebagai benang sabun
yang murah-murah harganya, rokok kretek,
dan kerupuk yang telah digoreng dan lain-lain
sebagainya. Di sebelah kanan meja itu ada meja
kecil sebuah lagi, tempat beberapa guci tuak
dan beberapa botol arak. Di sebelah kanannya
lagi ada tungkul, di atasnya ada sebuah ketel
yang amat hitam rupanya karena tidak pernah
diangkat-angkat dari situ. Sebuah lampu minyak
tanah tergantung di atas meja. Lampu itu telah
tua benar, semperongnya tinggal separuh lagi
dan kapyang diputihi dengan kapur.
"Saya kira tidak ada orang memetik hari
ini, Emak," kata orang yang baru masuk itu
sambil duduk di bangku di muka meja kedai
itu.
"Tidak memanjat, apa sebabnya?" tanya
Men Negara, seorang perempuan tua, tetapi
Sumber
: Novel
Sukreni Gadis Bali
, 1986
Penggalan Novel
171
171
A. Pilihlah jawaban yang benar.
Untuk soal nomor 1 dan 2, perhatikanlah kuti-
pan cerpen berikut.
Kutipan puisi "Diponegoro" tersebut
meng
gambarkan ....
a. perjuangan bangsa Indonesia yang
penuh keprihatinan
b. semangat yang terbelenggu
c. perjuangan tanpa senjata
d. semangat perjuangan yang pantang
menyerah
e. sikap pasrah kepada tuhan
4. Perhatikanlah kutipan puisi berikut.
5.
Perhatikan kutipan novel berikut.
Pedang di kanan keris di kiri
Berselempang semangat yang tidak bisa mati
Ini barisan tak bergandengan berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Karya Chairil Anwar
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiada nanti
Jemputlah abang di teluk Napoli
"Lagu Gadis Itali" karya Sitor Situmorang
Berdasarkan jumlah baris tiap bait, puisi
ter sebut berbentuk ....
a. seloka
d. kuatrin
b.
puisi bebas
e.
gurindam
c. pantun
Latihan Semester 1
Latihan Semester 1
Di Kaki Merapi
...
Kami tinggalkan tempat itu dengan
terhuyung karena kekecewaan yang melukai
hati kami. Kata Kresna sesudah kami berjalan
agak jauh. Ia melihat mayat anak kecil ter-
hampar di antara belukar di balik tanggul
jalanan. Darto seperti tidak menghiraukan
kami lagi, berjalan diam mendahului kami.
Bagi kami Darto tidaklah layak merasa
bersalah karena kebetulan dia yang menarik
pasangan-pasangan bom tarik. Kami juga
me
lempari granat-granat dan menembaki
konvoi itu. Kalau kami tahu bahwa konvoi itu
konvoi pengungsi yang mengangkut terutama
perempuan-perempuan dan kanak-kanak.
Tentulah tidak akan kami perbuat!
Sumber:
Kumpulan cerpen
Laki-Laki dan Mesiu
karya Trisnoyuwono
1. Nilai yang tergambar dari kutipan cerpen
tersebut adalah ....
a. nilai budaya
b. nilai pendidikan
c. nilai moral
d. nilai sosial
e. nilai ekonomi
2. Keadaan emosi para tokoh yang tergam-
bar dari kutipan cerpen tersebut adalah
....
a. kegembiraan d. penyesalan
b. pengkhianatan e. rasa iba
c. kemarahan
3. Perhatikanlah kutipan puisi berikut.
Idrus duduk di atas kursi rotan, menatap
jalan raya. Punggungnya kena sinar lampu
dalam yang menembus jendela kaca yang
dihiasi tirai tipis.
Pemuda itu telah meninggalkan je-
jak hidup dengan cukup pengabdian pada
perjuangan kemerdekaan. Ia pernah ikut
bertempur di daerah Depok, lalu disambung-
nya dengan mem
pertahankan kemerdeka
an
melawan tentara Sekutu di daerah Bogor dan
Sukabumi. Dia pernah mengawal beberapa
tokoh politik dari daerah tersebut ke Yog-
yakarta, melalui pengalaman yang istimewa
menimpa diri.
Sumber
:
Royan Revolusi
karya Ramadhan K.H.
Amanat yang terdapat dalam kutipan
novel tersebut adalah ....
a. Idrus duduk di kursi rotan, menatap
jalan raya.
172
172
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Tema yang tersirat dari kutipan novel
yang berjudul
Pagar Kawat Berduri
karya Trisnoyuwono ter sebut adalah
....
a. kesetiaan
d. kejujuran
b. perjuangan
e. percintaan
b. Seorang pemuda mempertahankan
kemerdekaan melawan tentara se-
kutu.
c. Seorang pemuda mengawal bebe-
rapa tokoh politik ke Yogyakarta.
d. Seorang pemuda yang bertempur di
daerah Depok.
e. Pemuda pejuang harus siap meng-
hadapi berbagai macam tugas.
6. Perhatikanlah kutipan dialog drama
berikut.
Tokoh antagonis yang terdapat dalam
kutipan dialog drama tersebut adalah
....
9. Perhatikan kutipan novel berikut.
Ayah
: Iman ke sini sebentar!
Iman : Ya, Ayah.
Ayah
: Tadi pamanmu datang ke sini dan
telah berusaha mendaftarkanmu
ke Fakultas Hukum.
Iman : Fakultas Hukum?
Ayah : Ya, Fakultas Hukum sebuah per-
guru an tinggi swasta ternama.
Iman
: Tidak, tidak Ayah.
Ayah :
Maksudmu? Engkau tidak mau
bertitel Sarjana Hukum? Apakah
Engkau akan tetap pada pendirian-
mu untuk menjadi pelukis yang
tidak punya masa depan itu?"
Watak Iman pada kutipan drama tersebut
adalah ....
a. pemarah
d. pemalu
b. keras kepala
e. penyendiri
c. penyabar
7.
Citra : (
Bangga
) "Sungguh pintar
Mas..." (
Masuk Harsono,
seorang pe muda per lente
)
Harsono : (
Duduk di atas meja Citra
)
"Apa salah nya, aku berkata
yang benar saja bukankah
anak pungut kita satu dapur
ini sudah naik pangkat se-
karang... jadi pelayan."
Sutopo :
"Harsono! Jangan bicara
begitu!"
Pak Bondo :
"Selamat siang Tuan Muda."
(
kepada Citra
) "Nak, persia-
pan rumah makan itu sudah
hampir
siap."
...
Serta bayang-bayang ajaib
Naik ke bukit
Di mana Nabi
Bagai bertubi-tubi
Ketertiban wahyu Illahi
Dalam kitab suci semua orang disayangi
Pelacur, penjahat, dan para penjudi
Termasuk tentara dan polisi
Sifat yang keji
Itulah mesti dijauhi
Bukan penyair
1972
Dari puisi "Mengaji" karya Dodong Djiwapradja.
Herman dan Toto adalah dua sahabat
karib. K
eduanya termasuk pemuda pejuang
yang sudah sejak tahun 1946 melakukan tugas
pe nyelundup
an ke daerah musuh. Kali ini pun
keduanya mendapat tugas dari markas besar
tentara di Yogyakarta untuk pergi ke Semarang
mencari berita tentang keberadaan
Kapten
Kresna yang kini tak diketahui nasibnya.
Tema puisi tersebut adalah ....
a. Keindahan sebuah syair
b. Keindahan dan kemuliaan kitab
suci
c. Keindahan puisi bahasa Jawa
d. Keindahan puisi bahasa Sunda
e. Keindahan syair pengungkap keji
a. Citra
d. Pak Bondo
b. Sutopo
e. Harsono
c. Sutopo dan Harsono
8. Perhatikan
penggalan puisi berikut.
173
173
Latihan Semester 1
11. Perhatikanlah kutipan cerpen berikut.
Berdasarkan
kutipan cerpen tersebut,
Anda mendapatkan informasi budaya
tentang ....
a. Pakaian Sultan dan sikap hormat
Sang Menteri kepada Sultan.
b. Menteri bermaksud mengemukakan
masalah-masalah kerajaan.
c. Sultan tidak menghiraukan Menteri
dan pergi meninggalkan ruangan.
d. Sang Menteri merasa jengkel dan
memukul-mukul kakinya ke lan-
tai.
13. Perhatikanlah puisi berikut.
10. Perhatikanlah penggalan puisi berikut.
...
Pernyataan yang tepat atas isi penggalan
puisi terseb
ut adalah ....
a. Sita mencintai Rawana
b. Rawana berani melawan Sita
c. Sita membenci Rawana
d. Sita mengharapkan Rama
e. Puisi berdasarkan kisah pewayangan
Setelah pintu gerbang besar terbuka
dan
tirai yang berkilauan terangkat, muncullah
Sultan dan pakaiannya bermanikan benang
sutera emas, dihiasi ratna manikam. Dengan
penuh khidmat membungkuklah Menteri
memberi hormat. Sesudah Sultan duduk,
Menteri pun meng angkat muka seraya
memain-mainkan janggutnya. Ia bermaksud
mengemukakan masalah-masalah kerajaan
yang banyak simpang siur
nya. Tetapi, Sultan
sudah berdiri akan pergi meninggalkan
tempatnya dan terus menuju ke pintu besar,
melalui ruangan tengah yang panjang hingga
menghilang ke tengah-tengah istana itu.
e. Menteri marah kepada Sultan ka-
rena Sultan akan pergi menemui
selir-selirnya.
12. Latar yang terdapat dalam kutipan cerpen
tersebut adalah....
a. istana
d. rumah
b. kayangan
e. kerajaan
c. gerbang
Jalan Segara
Karya Taufi q Ismail
Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari
Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini
Ditembakkan ke punggung
Anak-anak sendiri
Sumber
: Kumpulan puisi
Tirani dan Benteng
, 1993
c. keberanian
Isi
puisi tersebut menggambarkan....
a. Para mahasiswa yang berjuang
dengan gagah berani.
b. Para mahasiswa berdemonstrasi
menegak
kan keadilan.
c.
Para mahasiswa melawan kepengecut-
an Orde Lama.
d. Para mahasiswa berdemonstrasi di
Jalan Segara.
e. Peristiwa penembakan terhadap
para demonstran.
14. Tema dari puisi pada nomor 13 adalah...
a. Persahabatan
d. Kepengecutan
b. Tanah air
c. Keprihatinan
d. Perjuangan
15. Hal-hal berikut termasuk unsur-unsur
intrinsik dari sebuah karya sastra,
ke-
cuali ....
a. Tokoh
d. Amanat
b. Biografi
penulis e. Alur
c. Tema
Asmaradana
Karya Subagio Sastrowardojo
Sita di tengah nyala api
tidak menyangkal
betapa indahnya cinta berahi
Raksasa yang melarikannya ke hutan
begitu lebat bulu jantannya
dan Sita menyerahkan diri
174
174
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
B. Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat.
Untuk soal nomor 1 dan 2, bacalah kutipan cerpen berikut.
Rasa panas yang dirasakan Boni semakin
menjadi-jadi. Ia mulai membuka sebuah kancing
bajunya. Tapi itu sama sekali tidak membantu.
Akhirnya Boni menyerah. Ia tidak tahan lagi.
Buru-buru ia meminta izin kepada ibu Heni
untuk kembali ke kelasnya. Tapi ibu Heni
melarang
nya. "Kamu ....
(Kutipan cerpen "Siasat Beni" dalam kumpulan
cerpen
Krisis Uang Saku,
2004)
Boni hanya mengangguk pelan agar ke-
lihatan lemas
.
Sementara itu, rasa panas akibat minyak
angin di tubuh Boni semakin terasa. Tapi ia tetap
berusaha menahannya. Diam-diam Boni mengaku
dalam hati, daripada kepanasan seperti ini, lebih
baik diam di kelas men dengarkan ibu Titis meng-
ajar. Meskipun di sini aku disuguhi kue-kue, tapi
tidak sebnding dengan rasa panas akibat minyak
angin ini. Begitu Boni membatin.
1. Identifi
kasilah unsur intrinsik dalam kutipan cerpen tersebut.
Untuk soal nomor 2, 3 dan 4, bacalah puisi berikut.
Catatan Tahun 1946
Karya Chairil Anwar
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai.
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.
Kita-anjing diburu-hanya melihat sebagian dari
sandiwara sekarang
Tidak tahu romeo dan Juliet berpeluk dikubur
atau diranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatat, keduanya dapat tempat.
Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu;
Kita memburu arti atau diserahkan kepada
anak lahir sempat
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah,
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering
sedikit mau basah!
Sumber:
Deru Campur Debu
, 2000
2. Jelaskan kata denotasi dan konotasi dalam puisi tersebut. Kemudian, pahamilah isi puisi
tersebut.
3. Jelaskanlah pengimajian apa saja yang terdapat dalam puisi tersebut.
4. Jelaskanlah pengaruh latar belakang kehidupan penyair terhadap syair puisi tersebut.
5. Buatlah sebuah puisi tentang keindahan alam.